http://www.4shared.com/office/JM5_0Jjp/Nashoihul_Ibad.html
Fasal 1
1. Makalah ke satu
: diriwayatkan dari Nabi SAWW, sesungguhnya Beliau bersabda (Ada dua
perkara, tidak ada sesuatu yang lebih utama dari dua perkara tersebut, yaitu
iman kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada sesama muslim). Baik degan
ucapan atau kekuasaannya atau dengan hartanya atau dengan badannya.
RasuuluLlah SAWW
bersabda, (barang siapa yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai niat untuk
menganiaya terhadap seseorang maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Dan barang siapa pada waktu pagi hari memiliki niat memberikan pertolongan
kepada orang yang dianiaya atau memenuhi hajat orang islam, maka baginya
mendapat pahala seperti pahala hajji yang mabrur).
Fasal 2
2. Makalah ke dua :
Nabi SAW bersabda, (wajib bagi kamu semua untuk duduk bersama para ‘Ulama)
artinya yang mengamalkan ilmunya, (dan mendengarkan kalam para ahli hikmah)
artinya orang yang mengenal Tuhan. (Karena sesungguhnya Allah Ta’ala akan
menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah-ilmu yang bermanfaat- sebagaimana
Allah menghidupkan bumu yang mati dengan air hujan). Dan dalam riwayat lain
dari Thabrani dari Abu Hanifah “Duduklah kamu dengan orang dewasa, dan
bertanyalah kamu kepada para ‘Ulama dan berkumpulah kamu dengan para ahli
hikmah” dan dalam sebuah riwayat, “duduklah kamu degan para ulama, dan
bergaulah dengan kubaro’ ”. Sesungguhnya Ulama itu ada dua macam, 1.
orang yang alim tentang hukum-hukum Allah, mereka itulah yang memiliki fatwa,
dan 2. ulama yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah para hukama’ yang dengan
bergaul dengan mereka akan dapat memperbaiki akhlak, karena sesungguhnya hati
mereka telah bersinar sebab ma’rifat kepada Allah demikian juga sirr / rahasia
mereka telah bersinar disebabkan nur keagungan Allah. Telah bersabda Nabi SAW,
akan hadir suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para ulama dan fuqaha,
maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga cobaan, 1. Allah
akan menghilangkan berkah dari rizkinya. 2. Allah akan mengirim kepada mereka
penguasa yang zalim 3. Mereka akan keluar meninggalkan dunia tanpa membawa iman
kepada Allah Ta’ala Na’udzubiLlahi min dzaalik.
Fasal 3
3. Makalah ke tiga :
Dari Abi Bakar As-Shiddiq RA (Barang siapa yang memasuki kubur tanpa membawa
bekal yaitu berupa amal shalih maka keadaannya seperti orang yang menyeberangi
lautan tanpa menggunakan perahu). Maka sudahlah pasti ia akan tenggelam
dengan se tenggelam-tenggelamnya dan tidak mungkin akan selamat kecuali
mendapatkan pertolongan oleh orang-orang yang dapat menolongnya.. sebagaimana
sabda Rasulullah SAW, tidaklah seorang mayat yang meninggal itu, melainkan
seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan.
Fasal 4
4. Makalah ke empat :
Dari ‘Umar RA, -dinukilkan dari Syaikh Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya
Nabi SAW bertanya kepada Jibril AS, ‘Beritahukan kepadaku sifat kebaikan
sahabat ‘Umar’. Maka Jibril menjawab, ‘Jika saja lautan dijadikan tinta dan
tumbuh-tumbuhan dijadikan pena niscaya tidak akan uckup melukiskan sifat
kebaikannya. Kemudian Nabi bersabda, beritahukan kepadaku kebaikan sifat Abu
Bakar,”. Maka Jibril menjawab, ”’Umar hanyalah satu kebaikan dari beberapa
kebaikan Abu Bakar RA.
‘Umar RA berkata,
(kemuliaan dunia dengan banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat adalah dengan
bagusnya amal). Maksudnya, urusan dunia tidak akan lancar dan sukses
kecuali dengan dukungan harta benda. Demikian pula perkara akhirat tidak akan
menjadi sempuran kecuali dengan amal perbuatan yang baik.
Fasal 5
5. Makalah ke lima :
dari ‘Utsman RA. (menyusahi dunia akan menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat
akan menerangkan hati). Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan
urusan dunia maka akan menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara
yang berhubungan dengan urusan akhirat akan menjadaikan hati menjadi terang.
Yaa Allah jangan jadikan dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan
bukan pula puncak ilmu kami.
Fasal 6
Makalah ke enam : Dari
‘Aly RA wa KarramaLlaahu Wajhah. (Barang siapa yang mencari ilmu maka surgalah
sesungguhnya yang ia cari. Dan barang siapa yang emncari ma;siyat maka
sesungguhnya nerakalah yang ia cari)
Artinya barang siapa
yang menyibukkan diri denagn mencari ilmu yang bermanfaat, yang mana tidak
boleh tidak bagi orang yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka pada
hakekatnya ia mencari surga dan mencari ridho Allah SWT. Dan barang siapa yang
menginginkan ma’siyat, maka pada hakekatnya nerakalah yang ia cari, dan
kemarahan Allah Ta’ala.
Fasal 7
Makalah ke tujuh : Dari
Yahya bin Muadz RA. (Tidak akan durhaka kepada Allah orang-orang yang mulia)
yaitu orang yang baik tingkah lakunya Yaitu mereka yang memuliakan dirinya
dengan menghiasinya dengan taqwa dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak
akan memilih dunia dari pada akhirat orang-orang yang bijaksana) Artinya orang
bijak / hakiim tidak akan mendahulukan atau mengutamakan urusan dunia dari pada
urusan akhirat. Adapun orang hakiim adalah orang yang mencegah dirinya dari
pada bertentangan dengan kebenaran akal sehatnya.
Fasal 8
makalah ke delapan :
Dari A’Masy, naam lengkapnya adalah Abu Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA.
(Barang siapa yang bermodalkan taqwa, maka kelulah lidah untuk menyebutkan
sifat keberuntungannya dan barang siapa yang bermodalkan dunia, maka kelulah
lidah untuk menyebut sebagai kerugian dalam hal agamanya). Artinya barang siapa
yang bermodalkan taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya
dimana dasar dari amal perbuatannya adalah selalu bersesuaian dengan syari’at,
maka baginya pasti mendapatkan kebaikan yang sangat besar tanpa dapat dihitung
dalam hal kebaikan yang diperolehnya. Dan kebalikannya barang siapa yang
perbuatannya selalu berseberangan dengan hukum syari’at, maka baginya kerugian
yang sangat besar bahkan lidahpun sampai tidak dapat menyebutkannya.
Fasal 9
makalah ke sembilan :
Diriwayatkan dari Sufyan Atsauri, beliau adalah guru dari Imam Malik RA. (
Setiap ma’siyat yang timbul dari dorongan syahwat yaitu keinginan yangteramat
sangat akan sesuatu maka dapat diharapkan akan mendapat ampunanNya. Dan setiyap
ma’siyat yang timbul dari takabur atau sombong yaitu mendakwakan diri lebih
utama atau mulia dari yang lain , maka maksiyat yang demikian ini tidak dapat
diharapkan akan mendapat ampunan dari Allah). Karena maksiyat iblis berasal
dari ketakaburannya yang tidak mau hormat kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah
dimana ia menganggap dirinya lebih mula dari Nabi Adam AS yang diciptakan dari
tanah sedangkan ia/iblis diciptakan dari api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah karena keinginannya yang teramat sangat untuk memakan buah yang
dilarang oleh Allah untuk memakannya.
Fasal 10
Dari sebagian ahli
zuhud yaitu mereka yang menghinakan kenikmatan dunia dan tidak peduli dengan
nya akan tetapi mereka mengambil dunia sekedar dharurah/darurat sesuai
kebutuhan minimumnya. (Barang siapa yang melakukan perbuatan dosa dengan
tertawa bangga, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan
menangis- karena seharusnya ia menyesal dan memohon ampunan kepada Allah
bukannya berbangga hati. Dan barang siapa yang ta’at kepada Allah dengan
menangis- karena malu kepada Allah dan Takut kepadaNya karena merasa banyak
kekurangan dalam hal ta’at kepaadNya Maka Allah akan memasukkanNya ke dalam
surga dalam keadaan tertawa gembira. ) dengan sebenar-benar gembira karena
mendapatkan apa yang menjadi tujuannya selama ini yaitu ampunan dari Allah.
Fasal 11
Makalah ke sebelas :
dari sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah kamu menyepelekan dosa yang
kecil) kerana dengan selalu menjalankannya maka lama kelamaa akan tumbuhlah ia
menjadi dosa besar. Bahkan terkadang murka Tuhan itu ada pada dosa yang
kecil-kecil.
Fasal 12
Makalah
ke dua belas : Dari Nabi SAW : (Tidaklah termasuk dosa kecil apabila dilakukan
secara terus menerus) karena dengan dilakukan secara terus menerus, maka akan
menjadi besarlah ia. (Dan tidaklah termasuk dosa besar apabila disertai dengan
taubat dan istighfar) Yaitu taubat dengan syarat-syaratnya. Karena sesungguhnya
taubat dapat menghapus bekas-bekas dosa yang dilakukan meskipun yang dilakukan
tersebut dosa besar. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-dailamy dari Ibni Abbas
RA.
Fasal 13
Makalah ke tiga belas :
(Keinginan orang arifiin adalah memujiNya) maksudnya keinginan orang ahli
ma’rifat adalah memuji Allah Ta’ala dengan keindahan sifat-sifatnya. (dan
keinginan orang-orang zuhud adalah do’a kepadaNya) yaitu permintaan kepaad
Allah sekedar hajat kebutuhannya dari du nia dengan segenap hatinya, dimana
yang dimaksud do’a adalah meminta dengan merendahkan diri kepadaNya dengan
memohon diberi kebaikan kepadanya. (Karena keinginan orang arif/ ahli ma’rifat
dari Tuhannya bukanlah pahala ataupun surga) sedangkan keinginan orang zuhud
adalah untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk kemanfatan dirinya dari pahala
dan surga yang didapatkannya. Maka demikianleh perbedaan orang yang keinginan
hatinya mendapatkan bidadarii dan orang yang cita-citanya adalah keterbukaab
hatinya.
Fasal 14
makalah ke empatbelas :
(diriwayatkan dari sebagian hukama’) yaitu orang yang ahli mengobati jiwa
manusia, dan mereka itulah para wali Allah. -(Barang siapa yang menganggap ada
pelindung yang lebih utama dari Allah maka sangat sedikitlah ma’rifatnya kepada
Allah) Maknanya adalah barang siapa yang menganggap ada penolong yang lebih
dekat daripada pertolongan Allah, maka maka sesungguhnya dia belul mengenal
Allah. (Danbarang siapa yang menganggap ada musuh yang lebih berbahaya daripada
nafsunya sendiri, maka sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya tentang nafsunya)
Artinya adalah brang siapa yang berperasangka ada musuh yang lebih kuat dari
pada hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada kejahatan, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya akan hawa nafsunya sendiri.
Fasal 15
dari Abu Bakar
Ash-Shiddiq RA. Menafsiri firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah nyatalah
kerusakan baik di daratan maupun di lautan, maka beliau memberikan tafsirannya
(Yang dimaksud Al-Barr/daratan adalah lisan. Sedangkan yang dimaksud Al-Bahr /
lautan adalah hati). Apabila lisan telah rusak dikarenakan mengumpat misalnya,
maka akan menangislah diri seseorang / anak cucu adam. Akan tetapi apabila hati
yang rusak disebabkan karena riya’ misalnya, maka akan menangislah malaikat.
Dan diperumpamakan hati/qalb dengan lautan adalah dikarenkan sangat dalmnya
hati itu.
No comments:
Post a Comment